PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
A.
JUDUL
PENELITIAN
PENERAPAN
METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI
MULTIMEDIA PADA MATERI MENGUASAI DASAR ANIMASI STOP MOTION DI SMK N 1 MAGETAN
B.
BIDANG
: TIK
C.
LATAR
BELAKANG
Mata diklat produktif merupakan mata
diklat yang sangat diperlukan dalam pembelajaran siswa SMK
Multimedia.Penguasaan materi produktif ini diperlukan siswa untuk bekerja
maupun melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi. Sala satu kompetensi yang sangat penting yaitu menguasai dasar animasi stop motion. Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan siswa dalam megoperasikan software pembuat animasi. Kompetensi siswa bisa dilihat dari hasil belajarnya.
lebih tinggi. Sala satu kompetensi yang sangat penting yaitu menguasai dasar animasi stop motion. Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan siswa dalam megoperasikan software pembuat animasi. Kompetensi siswa bisa dilihat dari hasil belajarnya.
Hasil belajar merupakan pencapaian
kompetensi yang dimiliki perserta didik setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Menurut Susilo (2007: 159), pada pembelajaran tuntas, kriteria
pencapaian kompetensi yang ditetapkan adalah minimal 75 %. Sedangkan
keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan
75 %, sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah peserta didik yang ada di kelas.
SMK Negeri 1 Magetan telah menetapkan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk semua mata diklat produktif adalah 80%.
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada materi cara menggambar kunci untuk
animasi semester Ganjil tahun ajaran 2012/2013 kelas XI MM 1 di SMK Negeri 1
Magetan diperoleh data bahwa ketuntasan klasikal hanya 67.5% siswa yang lulus
dengan nilai 80%. Oleh karena itu, hasil belajar siswa pada mata diklat ini
tergolong masih rendah.
Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar
siswa ini maka perlu diadakan pergantian metode pembelajaran. Hal ini karena
berdasarkan observasi guru hanya menggunakan metode pembelajaran konvensional
dalam menyampaikan materi. Hal ini membuat siswa bosan sebab siswa tidak ikut
dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk mengatasi kurang terlibatnya siswa
dalam kegiatan pembelajaran, maka perlu digunakan metode pembelajaran metode
pembelajaran kooperatif. Ada berbagai macam pembelajaran kooperatif yang ada
agar hasil belajar di dalam kelas meningkat. Beberapa metode pembelajaran dalam
pembelajaran kooperatif yang sering dipakai antara lain: Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Thik Pair and Share (TPS), Team Assisted Individualization (TAI)
dan lain sebagainya.
Menurut penelitian Christiana (2007)
bahwa metode pembelajaran Team Assisted
Individualization(TAI) secara signifikan memberikan pengaruh yang lebih
baik terhadap prestasi belajar. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian
Hidayati(2009) bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran Team Assisted Individualization(TAI)
lebih baik daripada siswa yang tidak menggunakan metode ini.
Penelitian Fandria Noviasiska(2008) juga
menyebutkan bahwa penerapan metode pembelajaran Team Assisted Individualization(TAI) dapat meningkatkan prestasi
belajar dari data awal 54,51 menjadi 63,58 pada siklus I dan 75,18 pada siklus
II. Peningkatan ini juga diikuti dengan peningkatan aktifitas belajar siswa
dari 67,22% pada siklus I menjadi 76,94% pada siklus II.
Selain itu, pemilihan penggunaan metode
pembelajaran Team Assisted
Individualization(TAI) adalah karena dalam metode ini tim dibagi
berdasarkan kemampuan awal siswa yang diketahui melalui pre-test sebelum
dibentuk tim. Hal ini berguna untuk membuat tim yang heterogen anggotanya dan
homogen kemampuan tiap tim. Metode Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) akan membantu individu untuk
memecahkan masalahnya dengan berdiskusi dalam sebuah tim. Selain itu dalam
metode ini juga ada demonstrasi megenai hasil diskusi kelompok di depan kelas.
Penghargaan terhadap kelompok juga dilakukan setiap ada peningkatan aktifitas
pembelajaran. Dengan penghargaan ini, diharapkan siswa menjadi lebih
termotivasi untuk belajar.
Dengan adanya
latar belakang yang telah dijelaskan peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas XI Multimedia pada Materi Menguasai Dasar Animasi Stop
Motion Di SMK N 1 MAGETAN”.
D.
PERUMUSAN
DAN PEMECAHAN MASALAH
1. Perumusan
Masalah
Apakah penerapan metode pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Multimedia pada materi
menguasai dasar animasi stop motion di SMK
N 1 Magetan?
2. Pemecahan
Masalah
Pembelajaran
di SMK N 1 Magetan masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Metode
pembelajaran ini membuat anak kurang bersemangat dalam kegiatan pembelajaran
karena siswa tidak dikutsertakan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
mengakibatkan hasil belajar yang rendah. Oleh
karena itu, penulis mencoba
menawarkan suatu model pembelajaran yaitu metode pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan
pertimbangan bahwa TAI memiliki kelebihan antara lain:
a. Mendorong
siswa untuk belajar kelompok dalam tim. Belajar dalam tim akan membuat siswa berani
bertanya dengan teman sebaya yang dianggap lebih pandai dan bisa saling
memberikan jawaban yang bervariasi dan saling melengkapi antar tim. Dengan hal
tersebut dapat tercipta interaksi antar siswa sehingga ketrampilan sosila akan
meningkat dan meniadakan garis pembatas antara siswa yang pandai dengan siswa
yang kurang pandai.
b. Perolehan
nilai akan dilakukan pada setiap anggota tim untuk memastikan keberhasilan tim,
memberikan pujian dan penghargaan bagi tim yang mampu bekerja dengan baik (Team score and team recognition). Hal ini
akan mendorong motivasi belajar siswa untuk selalu meningkatkan hasil belajar
dalam upaya menambah skor tim.
Dengan rasionalisasi metode pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
tersebut maka peneliti berharap dengan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas XI Multimedia pada materi menguasai dasar animasi stop motion di SMK N 1
Magetan.
3. Tujuan
Penelitian
Meningkatkan
hasil belajar siswa kelas XI Multimedia pada materi menguasai dasar animasi
stop motion di SMK N 1 MAGETAN dengan
penerapan metode pembelajaran Team
Assisted Individualization(TAI)
4. Definisi
Operasional Variabel
a) Metode
pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) merupakan
pembelajaran dengan membentuk kelompok yang memanfaatkan keberagaman
kemampuan, selanjutnya membawa masalah yang dihadapi oleh individu di dalam
kelompok belajar kooperatif dan saling membantu dalam memecahkan masalah serta
mendorong untuk berhasil.
b) Hasil
belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar mengajar
yang memungkinkan untuk diukur dan dicerminkan oleh nilai tes yang diperoleh
setelah mengalami proses belajar mengajar diakhir perlakuan.
E.
KAJIAN
PUSTAKA
1)
Metode
Pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI).
Metode
Team Assisted Individualization (TAI)
yang dikembangkan oleh Slavin dan koleganya di Universitas John Hopkin,
merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode Team Assisted Individualization (TAI),
siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang, tiap
kelompok harus heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, berbagai
keragaman suku, memiliki kemampuan akademik tinggi, sedang dan rendah (Slavin
1995).
Metode
Team Assisted Individualization (TAI)
menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada
metode ini, pebelajar masuk dalam sebuah urutan kemampuan individual sesuai
dengan hasil tes penempatan (placement test) dan kemudian maju sesuai dengan
kecepatannnya sendiri. Anggota tim bekerja dengan menggunakan bahan ajar dan
rancangan pembelajaran yang telah disiapkan. Pebelajar saling memeriksa
pekerjaan teman sesama tim dengan dipandu lembar kerja siswa dan oleh lembar
jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan setiap soal yang ada dalam
bahan ajar. Tes unit akhir dikerjakan tanpa bantuan teman sesama tim dan diskor
segera.
Slavin
(1995) merancang unsur-unsur program TAI yang meliputi teams, placement test,
students creative, team study, team score and
team recognition, teaching group,
fact test, whole class unit. Adapun penjelasan secara rinci delapan unsur
program TAI tersebut adalah:
Pertama,
Placement test/tes penempatan merupakan tes pra-program yang diberikan pada
permulaan pelaksanaan program pembelajaran.
Kedua,
Team yang dimaksud adalah kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 orang (sesuai
jumlah siswa dalam kelas) sama seperti pembelajaran kooperatif yang lain. Fungsi
kelompok adalah untuk memastikan semua anggota kelompok ikut dan memiliki
kesempatan yang sama untuk sukses. Setiap anggota kelompok mengembangkan
kemampuan masing-masing untuk berpikir tentang objek yang dipermasalahkan
sehingga ada interaksi kelompok.
Ketiga,
Teaching Group merupakan saat dimana guru menyampaikan materi secara umum dan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan bersama.
Keempat,
Student Creative dilakukan sebelum siswa bekerja dalam kelompoknya. Pada tahap
ini siswa masing-masing berusaha membaca, memahami serta mencoba mengerjakan
tugas yang diberikan secara individu.
Kelima,
Team study dimana semua anggota kelompok bekerja sama dan saling membantu dalam
menyelesaikan unit pembelajaran dari guru. Saat inilah siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata membantu menjelaskan unit materi kepada siswa yang
ada di bawah rata-rata (Assisted Individualization).
Keenam,
Whole class unit, adalah penyampaian hasil kerja di depan kelas oleh seluruh
anggota kelompok dan ditanggapi kelompok lain.
Ketujuh,
Fact test merupakan tes yang diberikan pada akhir pelaksanaan program setelah
keseluruham materi dalam satu topik selesai.
Kedelapan,
Team score and team recognition, guru menghitung jumlah skor tiap tim. Skor ini
didasarkan pada rata-rata nilai anggota kelompok dan dari tes. Kriteria yang
dianut untuk menentukan kriteria kelompok adalah kriteria tinggi untuk kelompok
super, kriteria menengah untuk kelompok hebat dan kriteria minimum untuk
kelompok baik. Skor pengembangan individu berguna untuk memotivasi siswa agar
belajar lebih giat.
Skor
pengembangan individu dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes pada akhir
siklus. Skor dasar diambil dari skor tes yang dilakukan oleh guru sebelum
melaksanakan metode pembelajaran TAI. Sedangkan pemberian tes akhir siklus
dilakukan setelah metode pembelajaran TAI. Kriteria pemberian skor dapat
dilihat pada table 2.1
Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan Individual
Skor Siswa
|
Skor
Perkembangan
|
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar
|
5
|
10 – 1 poin di bawah skor dasar
|
10
|
10
poin di atas skor dasar
|
20
|
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
|
30
|
Pemberian
penghargaan diberikan setiap akhir pembelajaran berdasarkan skor peningkatan
yang diperoleh oleh tiap individu dalam kelompok. Pemberian penghargaan
dilakukan dengan cara diumumkan nama kelompok dengan skor tertinggi dan
penghargaan bisa berupa apapun asal siswa tertarik untuk belajar lebih giat.
Menurut
Slavin(1995) dalam Anwar(2003:54) penghargaan kelompok berdasarkan skor
kelompok terdapat tiga tingkatan penghargaan yang dapat dilihat dalam tebel 2.2
Tabel 2.2 Tabel Penghargaan Kelompok
Poin Kelompok
|
Tingkat
Penhargaan Kelompok
|
5
|
Baik
|
15
|
Hebat
|
23
|
Super
|
“Slavin
(2008:190-195) menyebutkan beberapa kelebihan pembelajaran model TAI antara
lain:
a)
Guru
terlibat minimal dalam pengaturan dan pengecekan rutin.
b)
Guru
akan menggunakan waktunya paling sedikit dalam mengajar kelompok kecil.
c)
Pelaksanaan
program sederhana.
d)
Para
siswa dapat mengecek pekerjaan satu dengan yang lainnya.
e)
Mengurangi
perilaku yang mengganggu.
f)
Mengurangi
konflik antar pribadi.
g)
Program
ini sangat membantu siswa yang lemah.
h)
Meningkatkan
motivasi belajar pada diri siswa.
i)
Meningkatkan
hasil belajar.”
2)
Hasil
Belajar
Hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal
dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mujiono, 2006:3). Hasil belajar diakhiri
dengan tes yang dibuat oleh guru untuk mengukur kemampuan siswa setelah diberi
materi.
Menurut
Sudjana (2010:22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan
ini bisa berupa ketrampilan, pengetahuan ataupun sikap. Kemampuan ini yang
nantinya akan digunakan sebagai bahan evaluasi oleh guru untuk mengetahui
keberhasilan kegiatan pembelajaran.
Bloom
membagi kompetensi menjadi 3 ranah yaitu:
a) Cognitive Domain (Ranah Kognitif)
Dalam perkembangannya,
taksonomi Bloom telah mengalami revisi yaitu pada ranah kognitif. Taksonomi Bloom yang direvisi ini memisahkan
secara tegas antara dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Jumlah dan
jenis proses kognitif tetap sama seperti dalam taksonomi yang lama, hanya
kategori analisis dan evaluasi ditukar urutannya dan kategori sintesis kini
dinamai membuat (create). Seperti halnya taksonomi yang lama, taksonomi
yang baru secara umum juga menunjukkan penjenjangan, dari proses kognitif yang
sederhana ke proses kognitif yang lebih kompleks. Namun demikian penjenjangan
pada taksonomi yang baru lebih fleksibel sifatnya. Artinya, untuk dapat
melakukan proses kognitif yang lebih tinggi tidak mutlak disyaratkan penguasaan
proses kognitif yang lebih rendah (Widodo, 2006:5)
1) Menghafal
(remember)
Proses menghafal
merupakan suatu proses untuk menarik kembali informasi yang tersimpan dalam
memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah
tingkatannya. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif, yaitu mengenali
(recognizing) dan mengingat (recalling).
2) Memahami
(Understand)
Proses memahami
merupakan suatu proses untuk mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan
pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke
dalam skema yang te-lah ada dalam pemikiran siswa. Kategori memahami mencakup
tujuh proses kognitif, yaitu menafsirkan (interpreting),
memberikan contoh (exemplifying),
mengklasifikasikan (classifying),
meringkas (sum-marizing), menarik
inferensi (inferring), membandingkan
(comparing), dan menjelaskan (explaining).
3) Mengaplikasikan
(Applying)
Mengaplikasikan
mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan
tugas. Oleh karena itu, mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan
prosedural. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif, yaitu menjalankan
(executing) dan mengimplementasikan (implementing).
4) Menganalisis
(Analyzing)
Menganalisis adalah
menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan
bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Ada tiga macam proses
kognitif yang tercakup dalam menganalisis, yaitu membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan
tersirat (attributting).
5) Mengevaluasi
Mengevaluasi berkenaan
dengan membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada.
Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini, yaitu
memeriksa(checking) dan mengritik (critiquing).
6) Membuat
(Create).
Membuat merupakan
menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam
proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).
b) Affective Domain (Ranah Afektif) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri.
Pertama, Penerimaan (Receiving/Attending).
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam
pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya.
Kedua, Tanggapan (Responding).
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi
persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
Ketiga, Penghargaan (Valuing).
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena,
atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai
tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
Keempat, Pengorganisasian (Organization). Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan
konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization
by a Value or Value Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan
tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
c) Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Pertama, Persepsi
(Perception). Penggunaan alat indera
untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
Kedua, Kesiapan (Set).
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
Ketiga, Guided Response (Respon Terpimpin). Tahap awal
dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan
gerakan coba-coba.
Keempat, Mekanisme (Mechanism).
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan
meyakinkan dan cakap.
Kelima, Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response). Gerakan motoris yang terampil yang di
dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
Keenam, Penyesuaian (Adaptation).
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai
situasi.
Ketujuh, Penciptaan (Origination).
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan
tertentu.
3)
Materi
Menguasai Dasar Animasi Stop Motion
Materi ini berisi dengan materi sebagai berikut:
a.
Pembuatan dan manipulasi
objek-objek dasar.
b.
Animasi Frame by Frame
c.
Tweening
animasi:
1)
Motion
tween
2)
Animasi
putar
3)
Animasi
skala
4)
Animasi
alpha
5)
Shape
tween
6)
Motion
guide
d. Teknik penyisipan suara
atau audio ke
dalam dokumen animasi flash.
e. Teknik penyisipan gambar
ke dalam dokumen animasi flash.
4)
Penelitian
Terdahulu Yang Relevan.
Model
Team Assisted Individualization (TAI)
pernah digunakan dalam penelitian sebelumnya oleh Femy Marlia Lestari (2006)
dengan judul penelitian ”Penerapan Belajar Kooperatif Model Team Assisted Individualization (TAI) untuk meningkatkan Prestasi dan Minat Belajar
Geografi SMA Kelas X di SMA Negeri 9 Malang”. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah Classroom Action Research (Penelitian Tindakan
Kelas). Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
Model TAI dalam Kompetensi Dasar Menafsirkan bentuk muka bumi serta
perkembangannya dapat meningkatkan prestasi belajar geografi siswa kelas X di
SMA Negeri 9 Malang. Pembelajaran model TAI juga dapat meningkatkan minat siswa
terhadap pelajaran geografi kelas X di SMA Negeri 9 Malang.
Penelitian
sejenis juga dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (2008) dengan judul ”Penerapan Team Assisted Individualization (TAI) dalam Pembelajaran Geografi untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X.6 SMA Negeri 9 Malang”.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini juga sama dengan sebelumnya
yaitu Classroom Action Research/Penelitian Tind akan Kelas. Adapun kesimpulan
penelitianini adalah pembelajaran dengan model TAI meningkatkan hasil belajar
dan motivasi siswa terhadap pelajaran geografi.
Berdasarkan
evaluasi terhadap kedua penelitian tersebut ada beberapa pokok dalam Model Team Assisted Individualization (TAI) yang masih perlu ditegaskan dalam penelitian
dan belum terlaksana secara optimal pada kedua penelitian tersebut, yaitu
Placement test dan Team study. Pada kedua penelitian tersebut placement test
hanya berdasarkan ulangan materi sebelumnya dan tidak digunakan sebagai
penentuan pembimbingan individual dalam kelompok belajar, tetapi hanya untuk
pembagian kelompok sehingga dalam team study tidak dilaksanakan bimbingan oleh
kelompok atas terhadap kelompok bawah. Dengan demikian karakteristik model TAI
yang berupa pembelajaran individu dan pembimbingan individu (Assisted
individualization) belum terlaksana secara optimal pada kedua penelitian tersebut.
Penelitian
Fandria Noviasiska(2008) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
TAI (Team Assisted Individualization)
untuk Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X-1 SMA
Diponegoro Tulungagung” juga merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian
ini berlangsung dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktifitas
guru mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjang dengan
hasil angket yang menunjukkan respon positif siswa terhadap aktifitas guru
dalam model pembelajaran kooperatif TAI. Aktifitas siswa juga mengalami
peningkatan. Perolehan prosentase pencapaian siswa klasikal pada siklus I
67,22% dengan taraf baik pada siklus II meningkat menjadi 76,94% dengan taraf
baik. Prestasi belajar siswa juga meningkat dari data awal 54,51 menjadi 63,58
pada siklus I dan 75,18 pada siklus II.
Dari
beberapa penelitian yang telah dipaparkan bisa ditarik kesimpulan bahwa metode
pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
F.
RENCANA
DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Subyek
Penelitian
Subjek
Penelitian adalah siswa kelas XI MM 1 di
SMK N 1 MAGETAN yang beralamat di Jalan Kartini No 1, Magetan pada
semester genap tahun ajaran 2012/2013.
2. Jenis
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu bersifat deskriptif dan tanpa
menggunakan analisis statistik. Data hasil penelitian berupa kata-kata dan
dipaparkan sesuai dengan kejadian yang terjadi di lapangan dan dianalisis
secara induktif. Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen utama, yang
merencanakan, merancang, melaksanakan, mengumpulkan data, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan membuat laporan penelitian. Hal tersebut sesuai dengan
karakteristik penelitian kualitatif yang disampaikan oleh Moleong (2005:8-13)
yaitu: (1) Latar alamiah, (2) peneliti sebagai instrumen utama, maksudnya
adalah disamping sebagai pengumpul data dan penganalisis data, peneliti
terlibat langsung dalam proses penelitian, (3) metode kualitatif, (4) data
dianalisis secara induktif, (5) teori dari dasar, (6) hasil penelitian bersifat
deskriptif, (7) lebih mementingkan proses daripada hasil, (8) adanya batasan
masalah yang ditentukan oleh fokus penelitian, (9) adanya kriteria khusus untuk
keabsahan data, (10) desain bersifat sementara, (11) hasil penelitian
dirundingkan dan disepakati bersama oleh peneliti dan orang-orang yang ada
kaitannya dengan yang diteliti.
Pendekatan
yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan jenis penelitian
tindakan partisipan, karena peneliti berpartisipasi langsung dalam penelitian
mulai dari awal sampai berakhirnya penelitian (As’ari dalam Niniwati, 2005:
30).
“Herawati
(2005:6) mengemukakan beberapa ciri Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) adalah
sebagai berikut:1) Masalah yang diteliti berupa masalah praktik pembelajaran
sehari-hari di kelas yang dihadapi oleh guru, 2) Diperlukannya
tindakan-tindakan tertentu untuk memecahkan masalah di kelas dalam rangka
memperbaiki /meningkatkan kualitas pembelajaran, 3) Terdapat perbedaan antara
sebelum dan sesudah dilakukan PTK pada siswa kelas yang bersangkutan, 4) Guru
sendiri baik secara perorangan maupun kelompok berperan sebagai peneliti”.
Penelitian
ini terdiri dari 2 siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan
tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Keempat tahap
tersebut berlangsung secara berulang dalam siklus. Artinya, setiap siklus
terdiri dari empat kegiatan tersebut.
3. Pelaksanaan
Penelitian
Tahap-tahap
dalam penerapan metode pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI) akan dibagi menjadi dua siklus. Sebelum
melaksanakan siklus I terlebih dahulu dilakukan observasi awal untuk
mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas XI MM 1 SMK N 1 MAGETAN selama
proses pembelajaran materi produktif. Observasi ini digunakan untuk mengetahui
metode apa yang ada di kelas untuk mengetahui prestasi belajarnya. Setelah
observasi dilakukan maka baru dilaksanakan siklus I dari penelitian tindakan
kelas.
a) SIKLUS
I
Siklus I dilaksanakan dalam 1 kali
pertemuan (2x45menit). Tahapan pelaksanaannya terdiri dari:
1. Tahapan
perencanaan Tindakan
Hal yang dilakukan dalam tahap
perencanaan awal ini memperhatikan hasil observasi yang telah dilakukan
sebelumnya. Beberapa hal yang dilakukan yaitu:
a. Bertemu
dengan guru mata pelajaran produktif untuk membicarakan persiapan tindakan dan
waktu tindakan
b. Menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menerapkan metode pembelajaaran Team Assisted Individualization (TAI).
Penyusunan RPP ini dibantu oleh guru mata pelajaran produktif.
c. Menyusun
lembar kegiatan siswa dalam diskusi
d. Menyiapkan
lembar observasi dan catatan lapangan
e. Menyiapkan
perangkat tes hasil tindakan
2. Pelaksanaan
Tindakan
a. Siswa
diberi penjelasan tentang konsep pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Team Assisted Individualization.
b. Siswa
melakukan Placement test/tes untuk dibagi ke dalam kelompok-kelompok sesuai
dengan kemampuan. Kelompok yang dimaksud adalah kelompok belajar yang terdiri
dari 5-6 orang. Fungsi kelompok adalah untuk memastikan semua anggota kelompok
ikut dan memiliki kesempatan yang sama untuk sukses.
c. Guru
menyampaikan materi secara umum dan
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan bersama (Teaching Group)
d. Siswa
masing-masing membaca, memahami serta mencoba mengerjakan tugas yang diberikan
secara individu sebelum berkelompok (Student
Creative)
e. Semua
anggota kelompok bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan unit
pembelajaran dari guru. Siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata
membantu menjelaskan unit materi kepada siswa yang ada di bawah rata-rata (Assisted Individualization).
f. Siswa
menyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya dan kelompok lain memberikan
tanggapan (Whole class unit)
g. Siswa
melakukan Fact test untuk mengetahui
materi secara keseluruhan secara individu.
h. Guru
menghitung jumlah skor tiap tim. Skor ini didasarkan pada rata-rata nilai
anggota kelompok dan dari tes. Kriteria yang dianut untuk menentukan kriteria
kelompok adalah kriteria tinggi untuk kelompok super, kriteria menengah untuk
kelompok hebat dan kriteria minimum untuk kelompok baik. Skor pengembangan
individu berguna untuk memotivasi siswa agar belajar lebih giat(Team score and team recognition)
3. Observasi
Observasi dilakukan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas
guru maupun siswa serta pelaksanaan tes akhir siklus I. Observasi ini juga
digunakan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan metode pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
ini dilakukan.
4. Refleksi
Setelah menyelesaikan siklus I, peneliti
bersama observer melakukan diskusi untuk membahas mengenai pelaksanaan
tindakan. Hasil observasi dan diskusi ini akan digunakan untuk refleksi dalam
rangka perbaikan tindakan pada siklus II. Indikator keberhasilan yang diukur
dari siklus I ini:
Tabel
indikator keberhasilan siklus I
Aspek
|
Pencapaian Siklus I
|
Cara Mengukur
|
Perhatian
siswa terhadap guru yang menerangkan
|
70%
|
Pengamatan
saat pembelajaran berlangsung, lembar pengamatan oleh peneliti, dilihat dari
tingkat konsentrasi siswa terhadap penjelasan guru, mencatat, dan tidak ramai
sendiri
|
Siswa
yang menjawab pertanyaan
|
70%
|
Jumlah
siswa yang menjawab pertanyaan dibagi jumlah keseluruhan siswa
|
Tim
yang menyanggah atau menyetujui ide teman
|
70%
|
Jumlah
tim yang menyanggah atau menyetujui ide teman dibagi jumlah keseluruhan tim
|
Ketepatan
waktu tim untuk menyelesaikan tugas unit
|
70%
|
Jumlah
tim yang menyelesaikan kuis tepat waktu dibagi jumlah keseluruhan tim
|
Aktivitas
siswa be-kerjasama dalam tim
|
70%
|
Diamati
ketika siswa melakukan diskusi,
|
b) SIKLUS
II
Pada dasarnya kegiatan pembelajaran
pada siklus II tidak berbeda dengan pelaksanaan pada siklus pertama.
Pelaksanaan siklus II secara rinci akan akan ditulis setelah refleksi pada
siklus I. Siklus II dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan (2x45menit). Tahapan
pelaksanaannya terdiri dari:
1. Tahapan
perencanaan Tindakan
Hal yang dilakukan dalam tahap
perencanaan awal ini memperhatikan hasil refleksi yang telah dilakukan
sebelumnya. Beberapa hal yang dilakukan yaitu:
a. Menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menerapkan metode pembelajaaran Team Assisted Individualization (TAI).
Penyusunan RPP ini dibantu oleh guru mata pelajaran produktif.
b. Menyusun
lembar kegiatan siswa dalam diskusi
c. Menyiapkan
lembar observasi dan catatan lapangan
d. Menyiapkan
perangkat tes hasil tindakan
2. Pelaksanaan
Tindakan
a. Guru
menyampaikan materi secara umum dan
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan bersama (Teaching Group)
b. Siswa
masing-masing membaca, memahami serta mencoba mengerjakan tugas yang diberikan
secara individu sebelum berkelompok (Student
Creative)
c. Semua
anggota kelompok bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan unit
pembelajaran dari guru. Siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata
membantu menjelaskan unit materi kepada siswa yang ada di bawah rata-rata (Assisted Individualization).
d. Siswa
menyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya dan kelompok lain memberikan
tanggapan (Whole class unit)
e. Siswa
melakukan Fact test untuk mengetahui
materi secara keseluruhan secara individu.
f. Guru
menghitung jumlah skor tiap tim. Skor ini didasarkan pada rata-rata nilai
anggota kelompok dan dari tes. Kriteria yang dianut untuk menentukan kriteria
kelompok adalah kriteria tinggi untuk kelompok super, kriteria menengah untuk
kelompok hebat dan kriteria minimum untuk kelompok baik. Skor pengembangan
individu berguna untuk memotivasi siswa agar belajar lebih giat(Team score and team recognition)
3. Observasi
Observasi dilakukan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas
guru maupun siswa serta pelaksanaan tes akhir siklus II. Observasi ini juga
digunakan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan metode pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
ini dilakukan.
4. Refleksi
Setelah menyelesaikan siklus II,
peneliti bersama observer melakukan diskusi untuk membahas mengenai pelaksanaan
tindakan. Indikator keberhasilan yang diukur dari siklus II ini:
Tabel
indikator keberhasilan siklus II
Aspek
|
Pencapaian Siklus II
|
Cara Mengukur
|
Perhatian
siswa terhadap guru yang menerangkan
|
80%
|
Pengamatan
saat pembelajaran berlangsung, lembar pengamatan oleh peneliti, dilihat dari
tingkat konsentrasi siswa terhadap penjelasan guru, mencatat, dan tidak ramai
sendiri
|
Siswa
yang menjawab pertanyaan
|
80%
|
Jumlah
siswa yang menjawab pertanyaan dibagi jumlah keseluruhan siswa
|
Tim
yang menyanggah atau menyetujui ide teman
|
80%
|
Jumlah
tim yang menyanggah atau menyetujui ide teman dibagi jumlah keseluruhan tim
|
Ketepatan
waktu tim untuk menyelesaikan tugas unit
|
80%
|
Jumlah
tim yang menyelesaikan kuis tepat waktu dibagi jumlah keseluruhan tim
|
Aktivitas
siswa be-kerjasama dalam tim
|
80%
|
Diamati
ketika siswa melakukan diskusi,
|
4. Metode
Pengumpulan Data
a) Tes
Pemberian tes dilakukan untuk mengukur prestasi
belajar siswa pada siklu I dan II. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu
sebelum penerapan metode pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI) (pre-test) dan setelah guru menerapkan
metode pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) (post-test)
b) Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian bertujuan
untuk mengamati kegiatan guru dalam pembelajaran. Untuk melakukan observasi
tersebut peneliti dibantu oleh dua orang observer yang terdiri dari satu guru
mata pelajaran produktif dan satu orang teman peneliti. Lembar observasi digunakan
untuk mengukur kemampuan afektif dan psikomotorik
c) Catatan
Lapangan
Digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan
dengan situasi kelas atau subyek yang tidak terdapat selama proses pembelajaran
berlangsung.
d) Dokumentasi
Foto
Dokumentasi foto merupakan bukti autentik bahwa
penelitian telah dilaksanakan. Foto juga berfungsi sebagai pelengkap sumber
data. Tahapan analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang
diperoleh selama penelitian, selanjutnya data tersebut ditelaah dan diolah melalui
kategori data. Dalam penelitian ini data diolah secara deskriptif kualitatif.
Analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data.
5. Teknik
Analisis Data
Tahapan analisis data dilakukan
dengan cara mengumpulkan data-data yang diperoleh selama penelitian,
selanjutnya data tersebut ditelaah dan diolah melalui kategori data. Dalam
penelitian ini data diolah secara deskriptif kualitatif. Analisis data
dilakukan selama dan setelah pengumpulan data.
Data yang telah diperoleh dianalisis sebagai
berikut:
1. Data
penerapan metode pembelajaran Team
Assisted Individualization (TAI)
Data diperoleh dari lembar
observasi yang dilaksanakan oleh observer.
Data penerapan langkah-langkah pembelajaran dianalisis secara deskriptif
berdasarkan ketercapaian tindakan yang dilakukan oleh guru. Hal ini ditunjukkan
dengan banyaknya tanda cek pada kolom “ya” di lembar observasi.
Ketercapaian tindakan guru pada
siklus 1 diukur dari presentase yang dicapai guru pada siklus 1. Tindakan
dikatakan tercapai jika presentase telah mencapai ≥ 75 %. Sedangkan
ketercapaian tindakan guru pada siklus 2 dikatakan tercapai jika presentase
telah mencapai ≥ 85 %.
2. Data
prestasi belajar siswa
Untuk
menentukan ada tidaknya peningkatan prestasi belajar pada setiap siklus, skor
tes dari setiap siklus dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
perseorangan dan klasikal. Skor yang diperoleh kemudian dinyatakan dalam bentuk
prosentase yang menyatakan ketuntasan belajar secara klasikal. Menurut
ketentuan
a.
Secara perseorangan siswa telah tuntas
belajar bila daya serapnya 80% untuk siswa kelas X. siswa dianggap telah
mencapai kriteria ketuntasan minimal apabila nilai tesnya ≥80
b. Secara
klasikal dianggap tuntas belajar apabila telah mencapai 85 % dari ∑ siswa yang
mencapai daya serap minimal 80%. Ketuntasan belajar klasikal dapat ditulis
sebagai berikut:
Kriteria keberhasilan prestasi
belajar ditentukan dari:
1. KKM Perorangan: jumlah presentase (%) siswa yang
skor naik semakin meningkat antara nilai awal dengan siklus 1 dan antara siklus
1 dengan
siklus 2.
2. KKM
Klasikal: dengan membandingkan presentase (%) ketuntasan klasikal antara siklus
1 dan siklus 2 dengan kriteria presentase semakin besar atau meningkat dari
siklus 1 ke siklus 2.
G.
JADWAL
PENELITIAN
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||||
apr
|
mei
|
jun
|
jul
|
agu
|
sep
|
okt
|
nov
|
||
1
|
Penyusunan
desain operasional
|
||||||||
2
|
Pembuatan
perangkat pembelajaran
|
||||||||
3
|
Pelaksanaan
tindakan
|
||||||||
4
|
Pengumpulan
data
|
||||||||
5
|
Analisis
data
|
||||||||
6
|
Pembuatan
draft laporan
|
||||||||
7
|
seminar
|
||||||||
8
|
Pembuatan
laporan akhir
|
H.
DAFTAR
RUJUKAN
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto,
Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto,
Suharsimi. 2002 . Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: P.T. Rineka Cipta.
Dimyati dan
Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S.B.
2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hidayati, Nurul.
2009. Pengaruh Penggunaan Pembelajaran
Kooperatif Model Team Assisted Individualization (TAI) terhadap Hasil Belajar
IPS Geografi Kelas VII SMP Negeri 4 Malang. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Pustaka
Yustisia. 2007. Panduan Lengkap KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SD, SMP, SMA. Yogyakarta: Pustaka
Yustisia.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R.E.
2005. Cooperative Learning. Teori, Riset
dan Praktik. Terjemahan oleh Nurulita Yusron. 2008. Bandung: Nusa Media.
Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakaraya.
Waryuman, Devi.
2010. Penerapan Metode Pembelajaran Team
Assisted Individualization untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Wilhelmina,
Crhristiana Demaja. 2007. Pengaruh Metode
Pembelajaran Team Assisted Individualization vs Individual dan Gaya Kognitif
Terhadap Hasil Belajar Matakuliah Evaluasi Pendidikan Agama Kristen Mahasiswa
Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Ambon. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Komentar
Posting Komentar